WAKTU

Senin, 28 Januari 2013

Sejarah DESA BALERANTE KAB.CIREBON


Ketika Prabu Siliwangi berkuasa di Kerajaan Pajajaran, banyak kerajaan kecil sebagai bawahannya seperti Istana Kerapyak, Jatiragas, yang terletak di ujung kaki Gunung Ciremai di sebelah timur Gunung Kromong yang masih dikelilingi hutan belantara. Istana Kerapyak Jatiragas mempunyai ciri tersendiri yaitu adanya sebuah pohon jati yang dililit pohon tumet. Pohon jati tersebut tidak memiliki sehelai daun pun dan terlihat kering (ragas-bhs.Jawa), namun pohon jati tersebut tidak mati dan konon masih berdiri tegak hingga sekarang.
Istana Kerapyak Jatiragas secara turun temurun digunakan sebagai tempat bertapa dan tempat belajar ilmu kanuragan, baik oleh para putera raja, kerabat raja, dan “gegeden”(pembesar) istana.
Ki syeh Demang Kelaras adalah guru dan sesepuh yang terkenal di perguruan Istana Kerapyak Jatiragas. pada waktu mudanya ia bernama Hasan Basari dan mendapat kedudukan sebagai Demang Keraton Pajajaran. Di antara para catrik atau santrinya yang setia adalah Ki Pendil, Ki Saleh, Ki siriyem, Ki Daris, Ki Sare, Ki Wasid, Ki Kemid, Ki Amad, dan Ki Mulangi. Kesemblan muridnya yang setia itu tergolong orang yang pinilih dan memiliki kesaktian. Mereka adalah cikal bakal terbentuknya pedukuhan.

Di samping hutan lebat yang mengelilingi Istana Kerapyak Jatiragas, di sebelah selatan terdapat beberapa sumber mata air yang disebut belik atau pancuran seperti Belik Cilukrak, Belik Taman, Belik Dares, Belik Gedang, Belik Sigayam, Belik Elho, dan Belik Ider-ider. Belik-belik tersebut mengalir ke sungai atau kali Cilukoak dan bertemu dalam satu aliran sungai Kali Tarung atau disebut Kali Kedawung.
Dalam wangsit Prabu Siliwangi yang disampaikan kepada Ki Demang Kelaras dan rakyatnya disebutkan bahwa Kerajaan Pajajaran akan musnah dengan adanya perubahan agama dan pemerintahan. Wangsit itu menyebutkan pula bahwa Istana Kerapyak Jatiragas agar diserahkan kepada cucunya. Perubahan tersebut ternyata kemudian dipelopori oleh anak cucunya sendiri dalam penyebaran agama islam.
Di Mesir, Syarif Hidayatullah pamitan kepada ibunya untuk pergi ke tanah Jawa untuk menyiarkan agama Islam. Setelah mendapat restu, dipesankan kepada Syarif Hidayatullah agar menemui ki Demang Kelaras, seorang kerabat Pajajaran, di istana Keyapyak Jatiragas yang nantinya bisa memberi petunjuk untuk memperlancar perkembangan syiar Islam.
Setibanya di Jawa, Syarif Hidayatullah bertemu dengan uwaknya yang bernama Ki Cakrabuana atau ki Kuwu Cirebon II di Peguron agama Islam Gunung Jati. Beliau dinikahkan dengan Nyi Mas Pakungwati putri ki Kuwu Cerbon I dengan wali nikah Ki Kuwu Cerbon II. Mas kawinnya berupa kedudukan sultan Cerbon pemberian nama uwaknya yang sekaligus sebagai rama mertua.
Setelah mendapat gelar sultan Cerbon, Syarif Hidayatullah menuju Istana Kerapyak Jatiragas sebagaimana dipesankan ibundanya untuk menemui Ki Demang Kelaras. Di Istana tersebut Syrif hidayatullah diterima secara kekeluargaan dan banyak hal yang diperbincangkan. Ki Demang Kelaras juga menyampaikan wangsit Prabu Siliwangi bahwa Istana Kerapyak jatiragas mesti diberikan kepada Syarif hidayatullah. Sejak saat itu ki Demang Kelaras beserta penduduknya menerima ajaran Islam dari Syarif Hidayatullah. Sebagai tanda persatuan dibuatlah “bale” tempat bermusyawarah, di mana ke empat tiang bale tersebut dikelilingi rantai(rante). Sampai saat ini daerah tersebut dikenal dengan nama Desa Balerante.
Nama-nama Kuwu atau Kepala Desa Balerante yang diketahui :
1.  H.Raswi        :  1882 – 1902
2.  H.Dulmanan     :  1902 – 1914
3.  H.Muntab       :  1914 – 1924
4.  Rebangi        :  1924 – 1932
5.  H.Saleh        :  1032 – 1934
6.  Salip          :  1934 – 1935
7.  Mustari        :  1935 – 1943
8.  Kama           :  1943 – 1961
9.  Barnawi        :  1961 – 1967
10. sujasi         :  1967 – 1970
11. Pjs. Dahlan    :  1970 – 1973
12. BS. Soeki      :  1973 – 1986
13. pjs. Sutarno   :  1986 – 1988
14. Sartaman       :  1988 –DST